Sabtu, 09 April 2016

Laporan Pendahuluan Iva Test dan Cryoterapi pada Ca Cervix



LAPORAN PENDAHULUAN
KANKER SERVIKS dan PEMERIKSAAN  IVA TEST, CRYOTERAPI


DISUSUN OLEH :
DEBBY AYU LESTARI       20130661018



D3 KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2016



KATA PENGANTAR


Assalamualaikum Wr.Wb

            Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT.atas segala limpahan rahmat, nikmat dan hidayah-Nyalah sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan Kanker Serviks dan Pemeriksaan IVA Test, Cryoterapi
            Dalam hal ini tak luput kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Lahan  dan Dosen Pembimbing Pendidikan yang telah membimbing saya, sehingga dapat  menyelesaikan laporan pendahuluan ini dengan sebaik mungkin, dan saya juga mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam laporan pendahuluan ini. Semoga laporan pendahuluan ini bermanfaat bagi yang membacanya.Terima kasih.

Wassalamualaikum Wr.Wb





Surabaya, 15 Maret 2016



Penulis




BAB 1
PENDAHULUAN

1.1          Latar Belakang
     
Keganasan mulut rahim merupakan keganasan wanita yang paling banyak dijumpai. Perkembangan keganasan mulut rahim berjalan sangat lambat tetapi ironisnya sebagian besar kedatangan penderita sudah dalam stadium lanjut, sehingga pengobatannya tidak memuaskan. Ketidakmengertian masyarakat dan rendahnya sosial ekonomi merupakan kendala utama keterlambatan memeriksakan diri. Maka upaya yang dilancarkan adalah bagaimana mendorong masyarakat agar dapat memeriksakan diri dan menemukan stadium dini keganasan mulut rahim yang merupakan salah satu tugas Bidan di masyarakat (IBG Manuaba, 1998 : 427).
Dalam menghadapi penyakit keganasan (kanker) dikenal motto diagnosa dini menyelamatkan jiwa penderita. Atas dasar landasan ini dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan diri secara rutin sehingga setiap perubahan dapat diketahui dengan lebih dii dan dapat ditingkatkan usaha promotif, preventif, kuratif (pengobatan) serta rehabilitatif (penyembuhan) (IBG Manuaba, 1999 : 66).
Kanker leher rahim atau disebut juga kanker serviks adalah sejenis kanker yang 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim.Di Indonesia hanya 5 persen yang melakukan Penapisan Kanker Leher Rahim, sehingga 76,6 persen pasien ketika terdeteksi sudah memasuki Stadium Lanjut (IIIB ke atas), karena Kanker Leher Rahim biasanya tanpa gejala apapun pada stadium awalnya. Penapisan dapat dilakukan dengan melakukan tes Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA).





1.2     Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu dengan ca cerviks yang melakukan IVA test dan cryoterapi di Puskesmas Sidotopo Wetan Surabaya ?

1.3    Tujuan

1.3.1        Tujuan Umum
Setelah praktek klinik diharapkan mahasiswa Akademi Kebidanan dapat memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu dengan Ca cervix melalui pendekatan manajemen Kebidanan.

1.3.2        Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa Akademi Kebidanan dapat :
1.3.2.1  Melakukan pengkajian (mengumpulkan data) pada ibu dengan Ca cervix
1.3.2.2  Menegakkan diagnosa atau masalah.
1.3.2.3  Mengantisipasi masalah potensial yang ada.
1.3.2.4  Menentukan kebutuhan segera atas diagnosa yang telah diambil.
1.3.2.5  Merencanakan tindakan yang akan dilakukan.
1.3.2.6  Melaksanakan rencana yang telah ditentukan.
1.3.2.7  Melaksanakan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan.








BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1        Pengertian
Kanker merupakan sel yang tumbuh tidak normal dan tidak terkendali, sel ini mampu merembet ke bagian organ tubuh lainnya dan tidak pilih tempat.
Kanker leher rahim (serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim (http://www.medicastore.com.2008, 20 Mei).

2.2        Etiologi
Sebab langsung dari kanker serviks belum diketahui. Ada bukti kuat kejadiannya mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik. Diantaranya yang penting jarang ditemukan pada perawan, insiden lebih tinggi pada mereka yang kawin daripada yang tidak kawin. Terutama pada gadis yang coitus pertama (coitrache) dialami pada usia sangat muda (kurang dari 16 tahun).
Insiden meningkat pada :
1.      Tingginya paritas.
2.      Jarak persalinan yang terlampau adekuat.
3.      Golongan sosial ekonomi rendah (hygiene seksual).
4.      Aktivitas seksual yang sering berganti pasangan.
5.      Wanita yang suaminya tidak disirkumsisi.
6.      Sering ditemukan pada wanita yang mengalami virus HPV (Human Papiloma Virus) type 16 dan 18.
7.      Wanita dengan kebiasaan buruk, merokok, minum-minuman keras, narkotika.
(Abdul Bari Saifuddin, 1999 : 381)

2.3        Patologi
Ca cervix timbul dibatasi antara epitel yang melapisi ektocervix (porsio) dan endocervix kanalis servikalis yang disebut Squamo Columar Junction (SCJ). Histologik antara epitel gepeng berlapis (squamus compex) dari porsio dengan epitel kugoid/silindris. Pendek selapis vercilia dan endocervix kanalis servikalis. Pada wanita muda SCJ ini berada di ostium uteri eksternum. Pada wanita 35 tahun SCJ berada dalam kanalis servikalis. Maka pap smear yang efektif, yang dapat mengusap zona transformasi. Pada awal perkembangannya Ca cervix tidak memberi tanda-tanda keluhan-keluhan sebagai porsio yang erosi (metaplasia squamosis) yang fisiologis atau patologis.
Tumor dapat tumbuh :
1.      Eksofitik
Mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa poliferasi yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
2.      Endofitik
Mulai dari SCJ tumbuh ke dalam trauma serviks dan cenderung untuk mengadakan infiltrasi.
3.      Ulserasif
Mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan melibatkan awal forniks vagina untuk menjadi ukur yang luas.
Serviks yang normal secara alami mengalami metoplasia (erosi) akibat saling desak, mendesaknya kedua jenis epitel yang melapisi dengan masuknya multagen. Portio yang erosi (metaplasta squamous) yang semula faal atau fisiologik dapat berubah menjadi patologik (diaplastik diskariotik) melalui tingkatan UN I, II, III, dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif, proses keganasan akan berjalan terus. Periode laten tergantung dari daya tahan tubuh penderita. Umumnya fase pra invasif antara 3 tahun-20 tahun (rata-rata 5 tahun-10 tahun).
Perubahan epitel diaplastik serviks shering kontinyu yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan pengobatan atau tanpa diobati, itu dikenal untitasian consept. Dari Richart hispologi sebagian besar (95%-97%) berupa epidermoid atau squamous cell carsinoma yang paling jarang adalah sarkoma.
Penyebaran pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju ke arah antara lain :
1.      Ke arah vorniks dan dinding vagina.
2.      Ke arah korpus uterus.
3.      Ke arah parametrilir dan dalam tingkatan yang mengilfiltrasi sektum retro vagina dan kandung kemih.
Melalui pembuluh getah bening dalam parametrium kanan dan kiri sel tumor dapat menyebar ke kelenjar ketiak luar dan dalam. Penyebaran melalui pembuluh darah atau blood borne metastasis tidak lazim. Carcinoma serviks uteri pada umumnya terbatas pada daerah panggul saja, tergantung dari kondisi imunologik tubuh pasien. KIS akan berkembang micro invasif dengan menembus membran basalis dan kemudian menjadi invasif dan keganasan (Abdul Bari Saifuddin, 1999 : 381-383).

2.4        Gejala Klinik
1.      Keputihan
Getah yang keluar dari vagina, ini makin lama, akan berbau busuk akibat infeksi yang nekrosis jaringan.
2.      Perdarahan post coitus (perdarahan kontak).
3.      Perdarahan spontan pervaginam.
4.      Gangguan siklus haid.
5.      Adanya anemia.
6.      Rasa nyeri (akibat infiltrasi tumor ke serabut saraf).
7.    Gejala lain yang dapat timbul ialah gejala-gejala yang disebabkan oleh metastasis janin, antara lain kegagalan faal ginjal dan lain-lain.











2.5        Tingkat atau Derajat Keganasan 
1.      Tingkat Presentasi mengandung tumor
Ib                                          10-20%
II                                          30%
III                                         60%
IV                                         100%
Ket  :   Merupakan hubungan tingkat klinis dengan kelenjar daerah yang mengandung tumor.
2.      Tingkat keganasan menurut Figo/Fbo 1978, yang ditentukan dengan nekrosis umum
Tingkat O       :  Carcinoma in situ, selaput basal masih utuh disebut juga carsinoma intra epitel.
Tingkat IA      :  Carsinoma micro invasif (early stroma invasio)
                          Proses telah menembus selaput basal tetapi tidak jauh dari 3 ml dari selaput tersebut dan tidak di banyak tempat (papri invasif tidak banyak) dan tidak terdapat sel ganas di pembuluh darah atau pembuluh limfe.  
Tingkat IB      :  Proses masih terbatas di porsio tetapi sudah terjadi invasif sel tumor ganas yang lebih jauh dari IA.
Tingkat IC      :  Proses tidak nyata secara klinis tetapi secara histopatologik ternyata sudah terjadi invasi sel ganas.
Tingkat IIA    :  Proses sudah meluas ke vagina dalam batas 2/3 doximal, sedangkan prametrium masih bebas dari proses.
Tingkat IIB    :  Proses sudah meluas ke parametrium tetapi belum sampai pada dinding panggul. Proses pada vagina tidak menjadi persoalan selama masih dalam batas-batas 2/3 proximal.
Tingkat IIIA   :  Proses sudah meluas 1/3 distal vagina, proses pada parametrium tidak mencapai dinding panggul.
Tingkat IIIB   :  Proses sudah sampai dinding panggul dan tidak terdapat daerah bebas antara portio dengan proses pada dinding tersebut, proses pada vagina tidak menjadi persoalan.
Tingkat IVA   :  Proses sudah mencapai mukosa rektum atua vesika urinaria atau sudah keluar dari panggul kecil metastasis jauh belum terjadi.
Tingkat IVB   :  Sudah menjadi tingkat metastasis jauh.
                          (Abdul Bari Saifuddin, 1999 : 384-385)
2.6        Pemeriksaan Penunjang 

1.         PEMERIKSAAN DENGAN METODE IVA TEST
A.   Pengertian
IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca E. Bertiani, 2009) IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5% (Wijaya Delia, 2010).
Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat mendeteksi lesi tingkat pra kanker (high-Grade Precanceraus Lesions) dengan sensitivitas sekitar 66-96% dan spesifitas 64-98%. Sedangkan nilai prediksi positif (positive predective value) dan nilai prediksi negatif (negative predective value) masing-masing antara 10-20% dan 92-97% (Wijaya Delia, 2010).
Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan skrining alternatife dari pap smear karena biasanya murah, praktis, sangat mudah untuk dilaksanakan dan peralatan sederhana serta dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan selain dokter ginekologi.
Pada pemeriksaan ini, pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat serviks yantelah diberi asam asetat 3-5% secara inspekulo. Setelah serviks diulas dengan asam asetat, akan terjadi perubahan warna pada serviks yang dapat diamati secara langsung dan dapat dibaca sebagai normal atau abnormal. Dibutuhkan waktu satu sampai dua menit untuk dapat melihat perubahan-perubahan pada jaringan epitel.
Serviks yang diberi larutan asam asetat 5% akan merespon lebih cepat daripada larutan 3%. Efek akan menghilang sekitar 50-60 detik sehingga dengan pemberian asam asetat akan didapat hasil gambaran serviks yang normal (merah homogen) dan bercak putih (displasia) (Novel S Sinta,dkk,2010).

B.   Tujuan
Untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada leher rahim.



C.   Syarat IVA Tes
1. Sudah pernah melakukan hubungan seksual
2. Tidak sedang datang bulan/haid
3. Tidak sedang hamil
4. 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual

D.   Pelaksanaan Skrinning IVA
Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan alat sebagai berikut:
a.       Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.
b.      Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi litotomi.
c.       Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks
d.      Spekulum vagina
e.       Asam asetat (3-5%)
f.       Swab-lidi berkapas
g.      Sarung tangan

E.   Cara Kerja
Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan mengenai prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam pemeriksaan ini.
Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (berbaring dengan dengkul ditekuk dan kaki melebar).Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan bantuan pencahayaan yang cukup.Spekulum (alat pelebar) akan dibasuh dengan air hangat dan dimasukkan ke vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk melihat leher rahim.
Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril basah untuk menyerapnya.Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 3-5% diteteskan ke leher rahim. Dalam waktu kurang lebih satu menit, reaksinya pada leher rahim sudah dapat dilihat.Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan, kemungkinan positif terdapat kanker. Asam asetat berfungsi menimbulkan dehidrasi sel yang membuat penggumpalan protein, sehingga sel kanker yang berkepadatan protein tinggi berubah warna menjadi putih.Bila tidak didapatkan gambaran epitel putih padadaerah transformasi bearti hasilnya negative

F.  Penatalaksanaan IVA
Pemeriksaan IVA dilakukan dengan spekulum melihat langsung leher rahim yangtelah dipulas dengan larutan asam asetat 3-5%, jika ada perubahan warna atau tidak muncul plak putih, maka hasil pemeriksaan dinyatakan negative. Sebaliknya jika leher rahim berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih, maka dinyatakan positif lesi atau kelainan pra kanker.
Namun jika masih tahap lesi, pengobatan cukup mudah, bisa langsung diobati dengan metode Krioterapi atau gas dingin yang menyemprotkan gas CO2 atau N2 ke leher rahim. Sensivitasnya lebih dari 90% dan spesifitasinya sekitar 40% dengan metode diagnosis yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit tersebut, lesi prakanker bisa dideteksi sejak dini. Dengan demikian, bisa segera ditangani dan tidak berkembang menjadi kanker stadium lanjut.
Metode krioterapi adalah membekukan serviks yang terdapat lesi prakanker pada suhu yang amat dingin (dengan gas CO2) sehingga sel-sel pada area tersebut mati dan luruh, dan selanjutnya akan tumbuh sel-sel baru yang sehat (Samadi Priyanto. H, 2010)
Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang terlihat dari adanya perubahan dinding leher rahim dari merah muda menjadi putih, artinya perubahan sel akibat infeksi tersebut baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa dimatikan atau dihilangkan dengan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian, penyakit kanker yang disebabkan human papillomavirus (HPV) itu tidak jadi berkembang dan merusak organ tubuh yang lain.

G.   Tempat Pelayanan
IVA bisa dilakukan di tempat-tempat pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pemeriksaan dan yang bisa melakukan pemeriksaan IVA diantaranya oleh :
a.       Bidan
b.      Dokter Umum
c.       Dokter Spesialis Obgyn.






2. CRYOTERAPI
Cryoterapi yaitu proses pembekuan mulut rahim dalam waktu cepat untuk membunuh sel-sel kanker. Cryoterapi menghancurkan jaringan abnormal pada leher rahim dengan membekukan itu. Cryoterapi menghancurkan beberapa jaringan normal bersama dengan jaringan abnormal. Selama cryoterapi, karbon cair dioksida (CO2), yang sangat dingin, bersirkulasi melalui probe ditempatkan di samping jaringan yang abnormal. Ini membeku jaringan selama 2 sampai 3 menit. Ini mungkin diperbolehkan untuk mencair dan kemudian refrozen selama 2 sampai 3 menit. Sebuah pengobatan pembekuan tunggal untuk 5 menit juga dapat digunakan. Cryoterapi menyebabkan beberapa ketidaknyamanan. Kebanyakan wanita merasakan sensasi dingin dan kram sedikit. Dan kadang-kadang rasa hangat menyebar ke tubuh bagian atas dan wajah.
Dari pemeriksaan IVA itu tawarkan pengobatan yaitu dengan melakukan Cryoterapi. Cryoterapi dilakukan oleh dokter umum, dokter obgyn dan ginekologi atau konsultan onkologi ginekologi. Prosesnya adalah dengan mengunakan alat cryo yang akan ditempelkan pada leher rahim dan membentuk bola es yang akan mencair dan merontokkan bagian yang bermasalah.
Setelah cryo pasien akan mengalami kram dan mengeluarkan cairan bening atau sedikit bercampur darah yang biasanya berlangsung selama kurang lebih empat minggu. Disarankan pada pasien untuk tidak mengangkat barang berat dan juga berhubungan seksual selama satu bulan.
Kemudian kontrol ulang setelah melakukan cryo pada satu bulan, enam bulan dan sealam setahun. Namun apabila pasien setelah di cryo mengalami demam selama lebih dua hari, nyeri pada perut yang amat sangat, pendarahan lebih dari dua hari dan lebih banyak dari menstruasi dan adanya gumpalan, maka disarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan ulang.










BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1. Subyektif
Hari / Tanggal / Pukul :  Rabu/ 23-03-2016 / 09.00 WIB
1).Identitas
Ibu: Ny.N, usia 35 tahun, suku Jawa, bangsa Indonesia, agama Islam,  pendidikan terakhir SMA, pekerjaan IRT.
Suami: Tn. P, usia 38 tahun, suku Jawa, bangsa Indonesia, agama Islam, pendidikan terakhir SD, pekerjaan swasta, alamat Sawentar Surabaya, No. telepon 081230xxxxx
2).Keluhan Utama
Ibu mengatakan kemaluannya gatal dan mengeluarkan keputihan banyak sejak 1 bulan yang lalu.
3). Riwayat Menstruasi
Riwayat Menstruasi : Ibu mulai mestruasi sejak usia 15 tahun, teratur dengan siklus ±28 hari, banyaknya 2-3 pembalut penuh/hari, lamanya ±6 hari, sifat darah cair, warna merah segar, bau anyir, keputihan yang dialami tidak berbau busuk, tidak berwarna, tidak gatal dan keluarnya hanya sedikit dan tidak nyeri haid.




4).Riwayat obsteri yang Lalu
Suami ke
Hamil ke
Kehamilan
Persalinan
Bbl
nifas
Kb
Uk
Peny
jenis
Pnlg
Tmpt
Peny
Pb/bb
Hdp/mti
kel
Usia
komp
lak
implan
± 7 th
1
1
9bl
-
Spt B
Dokter
Rs
-
45/
2500
hidup
-
14 th
-
3 bln
-
-

5). Pola Kesehatan Fungsional
a.  Pola nutrisi
Ibu makan 3 kali sehari dengan porsi cukup , menunya yaitu nasi, lauk, sayur. Dan ibu minum air putih 7-8 gelas per hari.
b.      Pola eliminasi
Ibu BAK 5-6 kali sehari, dan BAB 1 kali sehari.
c.    Pola istirahat
Ibu tidur siang ± 2 jam dan tidur malam. ± 7-8 jam perhari.
d.   Pola aktivitas
Ibu menyapu, mengepel, mencuci pakaian, dan mengerjakan tugas rumah tangga yang lainnya.




e.     Pola personal hygienne
Ibu mandi 2x/hari,kramas  3x/minggu, gosok gigi 3x/hari, ganti celana dalam 3x, dan ganti baju bersih 2x.
f.    Pola seksual
Ibu melakukan hubungan seksual 2 kali dalam seminggu.
g.   Pola kebiasaan
Ibu tidak merokok, tidak minum jamu, tidak minum alcohol, tidak menggunakan narkoba, dan tidak mempunyai hewan peliharaan.
6). Riwayat Penyakit Sistemik yang Pernah di derita
Ibu tidak pernah mempunyai riwayat penyakit sistemik yang pernah di derita seperti jantung, ginjal, hepatitis, DM, HIV/AIDS, hipertensi.
7). Riwayat Penyakit Sekarang.
Ibu tidak pernah mempunyai riwayat penyakit sistemik yang pernah di derita seperti jantung, ginjal, hepatitis, DM, HIV/AIDS, hipertensi.
8). Riwayat Kesehatan dan Penyakit Keluarga
Di keluarga ibu tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit sistemik yang pernah di derita seperti jantung, ginjal, hepatitis, DM, HIV/AIDS, hipertensi.




3.2     Obyektif
1).Pemeriksaan Umum
a.         Keadaan umum           : baik
b.         Kesadaran                   :compos mentis
c.          Keadaan                     :emosional kooperatif
d.        Tanda-tanda vital
1)        Tekanan darah                  :120/80 mmHg
2)        Nadi                                 : 85 x/menit
3)        Pernafasan                        : 20 x/menit
4)         Suhu                                :36,7 0C di ukur di aksila

e.    Antropometri
1)        BB                                   : 45 kg
2)        Tinggi badan                    : 145cm
2). Pemeriksaan Fisik
a.    Kepala             : Simetris, tidak terdapat lesi atau benjolan, tidak terdapat nyeri tekan
b.   Wajah              : simetris, wajah tidak pucat, wajah tidak odem.
c.    Mata                : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada nyeri tekan pada palpebra.
d.   Hidung            : simetris, tidak ada polip, kebersihan cukup, tidak terdapat sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung..
e.    Mulut & gigi   : bibir simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada caries gigi, dan  tidak ada stomatitis
f.       Telinga            : simetris, tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran, tidak terdapat nyeri tekan.
g.      Dada               : Simetris, tidak ada retraksi dada, tidak terdapat suara ronchi dan  ada suara wheezing
h.      Mamae            : simetris, kebersihan cukup, puting susu menonjol, tidak terdapat nyeri tekan dan tidak terdapat benjolan yang abnormal.
i.        Abdoment       : tidak terdapat luka bekas operasi.
j.     Ekstremitas atas dan bawah          : ekstermitas atas : simetris, tidak ada odem, turgor kulit baik, tidak ada gangguan pergerakan. Ekstremitas bawah : simetris, tidak ada odem, tidak ada varises, tidak ada pergerakan, reflek patela + /+
3). Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Inspekulo        : Proses sudah meluas ke vagina dalam batas 2/3 doximal, sedangkan prametrium masih bebas dari proses.
4).Pemeriksaan Laboratorium
A)          Pemeriksaan laboratorium            :
      Tanggal : 11 Februari 2016
                   Darah
                                     Hb                              : 11,6 gr %
                                    Golongan Darah          : B+
                                    HbSAg                        : negatif (-)
                    Urine : tidak dilakukan
3.3 Assesment
Ibu  : Ny. N, 35 th dengan Ca Cervix grade II A

3.4   Planning
Rabu, 23-03-2016                                                                   jam : 09.10 WIB
1)   Jelaskan  hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga tentang kondisinya saat ini
2)   Jelaskan kepada ibu tentang penyakit Ca Cervix
3)   Anjurkan ibu memenuhi kebutuhan nutrisi dengan diet makanan instan, makanan yang di goreng dan makanan kaleng.
4)   Motivasi ibu untuk melakukan Cryotherapy oleh dokter SPOG
5)   Lakukan Informed Consent
6)   Lakukan kolaborasi dengan dokter SPOG untuk mmelakukan Cryotherapy
7) Berikan HE pada ibu tentang hal yang perlu di perhatikan setelah melakukan Cryotherapy
8) Anjurkan ibu untuk control satu minggu lagi dengan membawa Albothyl ke Puskesmas
No
Hari, tanggal
Implementasi
Paraf & nama Terang petugas

1
rabu, 23-03-2016
Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa saat ini keadaan umum baik.TD :120/80 mmHg, evaluasi :ibu mengetahui kondisi kesehatannya


2
rabu, 23-03-2016
Menjelaskan tentang penyakit Ca Cervix pada ibu, evaluasi : ibu mengerti penjelasan bidan


3
rabu, 23-03-2016
Menganjurkan ibu memenuhi nutrisi yaitu makan-makanan dengan gizi yang seimbang dan tidak memamakan makanan instan, mengurangi makanan yang di goreng juga tidak memakan makanan kaleng , evaluasi ibu bersedia mengikuti anjuran bidan


4
rabu, 23-03-2016
Memotivasi ibu untuk melakukan cryotherapi oleh dokter SPOG, evaluasi : ibu termotivasi untuk melakukan cryotherapy oleh dokter SPOG



5
rabu, 23-03-2016
Melakukan informed consent pada ibu dan keluarga untuk tindakan cryotherapy, evaluasi: ibu  dan keluarga menyetujui


6
rabu, 23-03-2016
Melakukan kolaborasi dengan dokter SPOG untuk tindakan cryotherapy, evaluasi : telah dilakukan tindakan cryotheraphy oleh dokter SPOG pada ibu.


7
Rabu, 23-03-2016
Memberikan HE pada ibu tentang hal yang perlu di perhatikan setelah melakukan Cryotherapy yaitu tidak melakukan hubungan seksual selama 42 hari dan akan keluar cairan putih dari kemaluan setelah melakukan cryotherapy sampai ± 42 hari, evaluasi : ibu mengerti


8
Rabu, 23-03-2016
Menganjurkan ibu untuk control 1 minggu lagi dengan membawa Albothyl ke puskesmas, evaluasi : ibu menegerti dan mau control 1 minggu lagi.




















DAFTAR PUSTAKA

Robbins, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta: EGC
Prawiharjo, sarwono. 1998.  Ilmu Kebidanan. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka
Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan.
Prawirohardjo, Sarwono. 1998. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sastrawinata R, Sulaiman. 1984. Ginekologi. Bandung : Bagian Obstetri dan Ginekologi FKU Padjajaran Bandung.
Imroatul Afifah. ( 2015 ). Pelayanan IVA dan Cryo Temukan Penderita Kanker Rahim Sejak Dini
http://dinkes.surabaya.go.id/portal/index.php/berita/pelayanan-iva-dan-cryo-temukan-penderita-kanker-rahim-sejak-dini/#sthash.87TcMaPl.dpuf